WISUDA PERDANA ANAKKU!

Sarjana tidak diukur pada seberapa besar gelar akademik yang ia sandang.Tapi seberapa besar ilmu yang ia dapatkan bermanfaat bagi orang banyak…(sambutan Wisuda angkatan pertama LPTV Indonesia di Tanjung Bira,Bulukumba, Sulawesi Selatan 31 Maret 10.30 wita)

ANAK-ANAKku hari ini telah sarjana.Suka atau tidak,kalian telah menjadi matahari baru bagi harapan jurnalisme.Setidaknya ini menjadi sebuah jawaban atas perjalanan selama dua tahun berada di kampus ini. Karena kalian anak-anakku,maka izinkan saya memelukmu.Kudekap satu persatu.mencium keningmu,menggenggam tanganmu dan mendokanmu dalam hati.

Kampus ini memang bukanlah kampus yang menawarkan sebuah prosesi wisuda sementereng kampus lain.Jangankan itu, fasilitas dan sarana yang seadanya, serta para dosennya pun tak banyak yang bergelar. Maklum mereka para jurnalis yang dengan senang hati mengajar tanpa dibayar. Kampus ini pun dibangun hanya dari modal idealisme semata. Menyewa gedung dari sebuah rumah yang diperoleh dengan pendekatan-pendekatan personal yang pemiliknya peduli akan masa depan jurnalis.

Kalaupun ada yang berbeda dan patut dibanggakan dengan kampus-kampus lainnya.Kampus ini mengajarkan lebih banyak hal tentang kehidupan yang sesungguhnya. Saya memahami proses itu sebagai bagian dari pembelajaran hidup bagaimana kita mengabdi secara total.Kalian secara tidak sadar dibawa ke alam sadar,bahwa inilah dunia pendidikan yang sesungguhnya.Bukan menara gading.Tapi kampus yang penuh keluh kesah dimana semua proses belajar diagungkan.

Kampus-kampus lain, selama ini kerap membuai mahasiswanya dengan jargon-jargon yang luar biasa hebat,membuat mahasiswa malas berinteraksi dengan hidup mereka sendiri.Membuat mahasiswa-mahasiswa menjadi egois dan bahkan tidak peduli dengan kondisi masyarakatnya.Mereka bahkan asyik dengan dunianya sendiri,dan berlomba mencari nilai A. Dan kadang menihilkan proses.Dunia pendidikan tak ubahnya mesin.

Di saat kampus lain, berlomba mempertontokan nilai dan kemewahan itu.Anak-anakku itu malah dengan segala kerendahan hati,meski sebagian tak merasa sadar, hadir di Bira. Mereka lalu diajak berkelahi dengan keinginannya sendiri. Mengorbankan waktu,biaya dan tentu ketidaknyamanan hatinya untuk sebuah prosesi pembelajaran akhir: Diwisuda karena telah berhasil mengalahkan egonya sendiri.Kalian telah berhasil disini.
Bukankah ukuran keberhasilan seseorang adalah ketika dia mampu mengabaikan kepentingan sendiri untuk kepentingan yang lebih besar?

Karenanya,ketika wisuda hari ini dilakukan di kampung,tepatnya di bibir pantai tanjung bira.Segalanya menjadi lain.Menggunakan langit sebagai atap, angin pantai sebagai AC, dan tanah pasir putih sebagai karpet merah.

Secara tidak sadar, anak-anakku telah membumikan dirinya,bahwa anda semua adalah sarjana yang harus merakyat, harus kembali ke alam, dan tak pantas untuk menyombongkan diri.Kalian telah larut dalam suasana bahwa menjadi berguna dan bermanfaat bagi orang lain jauh lebih penting ketimbang memikirkan diri sendiri. Dan pesan itu yang sesungguhnya hendak saya sampaikan selama dua tahun kebersamaan kita.

Karenanya saat toga kalian lempar sebagai simbolisasi berpisahnya kita secara formal.Sesungguhnya anak-anakku telah berhasil menyelesaikan berbagai masalah-masalah krusial dalam hidupmu. Sesungguhnya jika kalian fahami, di kampus inilah kalian belajar tentang hidup yang sesungguhnya.

Kalian telah belajar bagaimama bertahan,bagaimana hidup bersama,makan bersama, tidur bersama, tertawa bersama, sedih bersama, bahkan menangis bersama. Kalian telah belajar bagaimana menjalani luka dan suka,bagaimana menjalani persaudaraan,menjalani penderitaan,pembelaan, dan pengkhianatan.

Kalian telah belajar bagaimana rasa dan cara meninggalkan dan ditinggalkan dengan sangat arif tanpa harus melukai, dan kalaupun harus luka harus tabah dan memaafkan. Bahkan belajar memahami makna hidup yang ril.Inilah kampus itu anak-anakku.Kampus yang sesungguhnya menjadi tempat untuk berguna, dan akan berdoa di sepanjang jalanmu.

Kampus hitam putih ini adalah hidup itu sendiri,ini yang membuatnya istimewa.Kalian tidak hanya melihat dosen, dan pengelola kampus sebagai kaum puritan.Tapi juga bisa melihat bahwa kami para orang tuanya juga penuh dengan kekurangan,khilaf dan kesalahan.Kalian juga bisa dengan sangat terang benderang melihat bahwa para dosennya juga manusia-manusia biasa,yang kadang ketawa,kadang menangis dan kadang mengharu biru.Bahkan kadang sulit dipahami,untuk ukuran usianya.

Kalian juga bisa melihat orang-orang yang diseganinya,sebagai orang-orang yang kalah di lain sisi dan menang di lain pihak.Dan itulah realitas kampus ini.realitas hidup yang sesungguhnya.

Dan ketika kalian diwisuda hari ini,,anak-anakku telah menjadi paripurna,dan kami telah membawa kalian hingga ke gerbang peradaban itu sendiri.

Kami berharap pengalaman hidup yang didapatkan selama dua tahun bersama di kampus yang tak ubahnya rumah bagi semua ini, dijadikan sebagai bekal untuk bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.Karena sesungguhnya seorang alumni tidak diukur dari seberapa wah gelarnya, dan seberapa tinggi nilai akademiknya yang memang tidak ada di kampus ini.---Sekedar anda tahu, kami tak mengumumkan wisuadawan terbaik---

Sesungguhnya keberhasilan seorang pelajar akan diukur seberapa bermanfaat ilmu yang ia dapatkan untuk masyarakat dan keluarganya.Dan satu-satunya hal yang kami bisa kami dapatkan adalah selain pahala tentunya adalah pada akhirnya di tengah keterbatasan dan kekurangan ini,saya bisa juga mewisuda mereka dengan sangat sederhana.

Mohon maaf atas segala kekuranganku selama ini,kepada mahasiswaku,kepada para sahabatku dan para dosen yang telah bersusah payah mengabdi tanpa pamrih.Mohon maaf atas segala khilaf dan salah dan juga ketidaksempurnaanku. Kepada Pak Gembong, Iwan Taruna, Pak Ridwan, Ibu Ana. Kak Adir, Pak Abraham, Kak Darwis, Pak Thalib dan Pak Isradi serta Pak Subair Sirata yang hadiri dalam wisuda hari ini. Semoga apa yang telah kalian berikan kepada kampus ini,khususnya kepada para mahasiswa yang telah diwisuda mendapatkan imbalan pahala dari Tuhan. Saya cintai kalian dan itu akan abadi.

Selamat Jalan dan selamat Berbakti kepada Kemanusiaan dan Peradaban!!!
Makassar 6 April 2010.

(Tulisan ini sebenarnya adalah sambutan saat wisuda 31 maret 2010.tapi gagal dibacakan gara-gara tidak ada printer di bira.kata anak-anak air panas saja harganya enam ribu per gelas.mendengarnya jadi ciut nyaliku..heheheh.Tapi tulisan ini semoga bisa dibaca)

Komentar

Postingan Populer