YANG DATANG DAN YANG PERGI

Terseret dalam arus cinta pada pengabdian. Cinta itu menjadi indah,ketika kita mencintai kehidupan orang lain,disaat orang-orang mementingkan cintanya sendiri...

12 Oktober 2009, pukul 20.30 Wita, bertempat di Kamar 911 Hotel Clarion Makassar,saya bertemu dengan Caitriona Rice dari Front Line HRD Irlandia dan Matthew Easton dari Human Rigth Watch New York.

Pertemuan ini difasilitasi Hasbi Abdullah SH, bekas ketua LBH Makassar yang juga termasuk salah seorang pengacara tim Koalisi Jurnalis Tolak Kriminalisasi Pers Makassar.

Pertemuan berlangsung akrab, Matt, demikian sapaan Matthew, fasih berbahasa Indonesia,sehingga dengan mudah kami berdiskusi.

****

Matt, lebih banyak bertanya,dan mencatat semua pertanyaan yang diajukan kepada saya.Saya sendiri meski kelelahan,setelah pulang dari Padang,memberikan semua hal yang diinginkan.

Saya tentu memberi apresiasi atas kehadiran mereka di Makassar. Ini sebuah penghargaan yang patut saya hargai.Karenanya saya pun meladeni mereka,termasuk saat mereka mengambil gambar saya. Sebuah pulpen yang menjadi barang bersejarah koalisi pun saya hadiahkan kepada Matt.

****

Selalu ada yang datang dan pergi dikehidupan ini.Caitriona dan Matt, adalah salah satu cerita dari hidup itu. Tak ada hal yang saya tuntut dari kehadiran mereka. Mereka pergi membawa kisah hidupku, dan berharap perjuangan jurnalis di Makassar bisa memberi aura positif bagi penegakan kebebasan pers di tanah air.Titik.

******

Hari ini, ada lagi yang pergi dalam hidupku.Kepada salah seorang mahasiswaku hari ini,saya mengatakan, hidupku telah kupasrahkan bagi kebahagiaan orang lain.Ini tentu aneh, sebab cinta yang ada dalam diriku berubah menjadi cinta kepada orang banyak.Entah kenapa, ada kebahagian tersendiri ketika hidup ini kudedikasikan kepada orang lain.

****

Saya memang telah perjebak dan terseret arus ke dalam pusaran pengabdian.Saya memahaminya.Ini mungkin sebuah resiko hidup. Bahkan mungkin kelak dikemudian hari,saya akan mengalami kesendirian dan kesunyian,karena saya begitu terfokus mengurusi orang lain ketimbang diriku sendiri.

Sejumlah orang mulai memprotes gaya hidupku yang semakin jauh dari realitis. Tapi entah mengapa saya justeru menikmatinya.Berbuat, berbuat dan berbuat untuk profesi jurnalis menjadi sebuah candu.Semakin lama, semakin aku berusaha memberinya yang terbaik.


****

Di sekolah yang saya buat pun untuk sebuah cita-cita luhur pun juga sudah saya gariskan dalam pengabdian total. Saya sudah tidak punya pemaksaan apa-apa lagi kepada para mahasiswaku.

Semua sudah saya berikan untuk mereka, agar kelak mereka menjadi jurnalis yang baik dan benar.Lalu ketika mereka pun tak serta merta melakukan hal yang terbaik buat dirinya,saya sudah ikhlaskan semuanya.

Saya sudah pasrahkan.Apa mereka mau membalas kebaikan-kebaikan jurnalis atau tidak saya sudah pasrahkan.Saya pun akhirnya tak akan kecewa jika mereka pada akhirnya tidak melakukan apapun untuk sekolah ini.

Sungguh,aku mencintai kalian lebih dari cintaku pada diriku sendiri.Dan jika kalian pergi sekalipun, aku akan merelakannya. Seandainya kalian tahu arti cinta itu yang sesungguhnya.


Makassar, kampus hitam putih
14 Oktober 2009

Komentar

Postingan Populer